Menteri Kominfo Komitmen Lindungi Anak di Dunia Digital

Independen – Sekitar 15 juta anak Indonesia berusia 12-17 tahun telah mengakses internet melalui beragam media seperti telepon pintar dan laptop. Setidaknya mereka mempunyai akun di media sosial seperti facebook. “Kemanan anak didunia digital semakin mengkhawatirkan. Beberapa kejahatan di dunia maya, muncul dari apa yang mereka posting,” kata Suwarjono, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, saat penyerahan Penghargaan Karya Jurnalistik Terbaik tentang Anak AJI UNICEF 2016 di Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan, Selasa (29/11).

Sejak 2006, AJI dan Unicef bekerja sama mendorong jurnalis memberikan perhatian pada isu anak. Penghargaan tahun ini adalah penghargaan ke delapan. Tema tahun ini adalah Digital Safety and Protection on Children. Suwarjono mengatakan penghargaan ini bagian dari kampanye Digital Safety on Children dan salah satu bentuk kepedulian terutama terkait menjaga anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. “Sekaligus pertanggungjawaban AJI pada publik,” katanya.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara yang hadir sebegai keynote speaker mengatakan berkomitmen melakukan perlindungan anak di dunia maya. Di antaranya, tidak hanya melakukan blacklist web-web bermasalah.  “Namun berkomitmen mempromosikan whitelist, situs-situs layak akses, terutama bagi anak-anak,” kata Rudiantara.

Ia mengatakan juga mengapresiasi jurnalis yang ikut peduli pada keamanan digital untuk anak. “Isu ini menjadi perhatian pemerintah, dalam hal ini Kominfo,” katanya.

Data menunjukkan penetrasi internet di Indonesia saat ini masih berada pada angka 33 persen dari jumlah penduduk. Data terakhir yang dirilis We Are Social berdasarkan data BPS, pada awal tahun 2016, pengguna internet aktif di Indonesia mencapai 88,1 juta dari 259,1 juta jiwa penduduk. Jumlah ini masih dibawah rata-rata penetrasi internet dunia yang mencapai 46 persen.

Meski demikian, tingkat rata-rata waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet, Indonesia menempati posisi nomor enam setelah Brazil, Filipina, Afrika Selatan, Thailand dan Argentina, mencapai 3-5 jam per hari. Seperti pisau bermata dua. Jumlah digital native pada usia anak dan remaja ini di satu sisi mengembirakan karena, anak-anak Indonesia tidak asing dengan teknologi informasi. Tapi di sisi lain menjadi mengkhawatirkan karena pemahaman dan kemampuan anak-anak memproteksi diri dari dampak negatif dan kejahatan dunia maya masih rendah.

Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan pada 2011-2014 tercatat 1.022 anak menjadi korban kejahatan dunia online yaitu mencakup pornografi, prostitusi anak, objek rekaman CD porno, dan kekerasan seksual. Selain itu 24 persen dari jumlah anak-anak di atas mengaku memiliki materi pornografi berupa teks, gambar maupun video yang diakses melalui beragam alat seperti telepon genggam, kamputer, laptop, dan diberagam tempat yang menyediakan akses internet seperti rumah, sekolah, ruang publik dan warung internet.

Sekitar 90 persen anak mengaku terpapar pornografi sejak usia 11 tahun ketika mencari data online untuk mengerjakan tugas sekolah, mendapat kiriman dari teman atau orang asing yang dikenal di dunia maya. “Anak-anak muda ini rentan terhadap bahaya yang ditimbulkan dari media sosial, seperti pelecehan seksual, perundungan (bullying), atau pelanggaran privasi,” jelas Ibu Gunilla. “Sehingga sangat penting bagi media untuk memonitor hak-hak anak ini,”  kata Perwakilan UNICEF Gunilla Olsson di forum yang sama

Sementara itu hasil riset yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan dukungan UNICEF pada 2011-2012 terhadap 400 anak di pedesaan dan perkotaan menunjukkan 80 persen anak-anak usia 10-19 tahun telah mengakses internet. Jumlah pengakses terbanyak adalah anak berusia 14-15 tahun (26 persen), dengan tingkat pendidikan terbanyak SMP (39 persen). Mayoritas mengakses internet dengan tujuan untuk mengakses sosial media, selain mengerjakan tugas, bermain game. Sekitar 24 persen mengaku membangun komunikasi dengan orang yang baru dikenal di internet.

Dari riset ini juga muncul pengakuan hanya 42 persen responden yang memahami bentuk kekerasan di dunia maya. Dari itu, 13 persen diantaranya mengaku pernah mengalami perisakan, lebih spesifik 5 persen diantaranya menjadi korban perisakan  di dunia maya lebih dari sekali baik melalui media sosial yang kemudian berlanjut melalui pesan singkat.  

Kondisi ini disebabkan karena beragam faktor diantaranya karena rendahnya larangan mengakses media sosial di sekolah (sebaliknya sekolah membatasi akses data), edukasi yang rendah tentang internet sehat di sekolah dan rendahnya pendampingan orang tua pada anak saat mengakses internet di rumah.

Hanya sekitar 50,9 persen anak dan remaja yang menjadi responden riset ini mengaku mendapat petunjuk atau aturan mengakses internet dari orang tua, sekitar 20,8 persen mengaku mendapat pedampingan langsung saat berselancar di dunia maya dari orang tua. Serta hanya 16,7 responden yang mengaku berteman dengan orang tua mereka di media sosial.

Gunilla Olsson menekankan pentingnya peran jurnalis dalam meningkatkan kepedulian dan mendorong diskusi publik tentang tantangan dan pencapaian yang ada, saat mengimplementasikan hak-hak anak di Indonesia. “Anak-anak tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk melindungi dan  menyuarakan hak-hak mereka, sehingga jurnalis dapat menolong mereka dengan menyampaikan suara mereka dan menekankan betapa pentingnya masalah ini (digital safety and protection on children, red) kepada masyarakat luas,” kata Gunilla di forum yang sama.

Penganugerahan Karya Jurnalistik tentang Anak 2016 melibatkan juri dari kalangan akademisi, pemerhati anak, Dewan Pers, AJI dan Unicef. Dari 339 karya yang masuk, 40 karya masuk sebagai nominasi kategori cetak, online, radio, televisi, dan video. Empat karya terpilih sebagai pemenang terbaik.

Tahun ini AJI-UNICEF juga memilih satu karya special mention untuk tema perlindungan online anak. Para pemenang mendapatkan kesempatan mengikuti field visit ke daerah dampingan UNICEF di Indonesia Timur.

Berikut daftar para pemenang dan nominasi:

Pemenang Terbaik Kategori Spesial Mention 2016

Digital Safety on Children (Perlindungan Digital untuk Anak):

 

Menyulap Facebook Menjadi Beasiswa

  • : Zulfikar Husein– www.viva.co.id (Aceh)

 

Kategori Cetak – Online

NOMINASI:

  1. Ranjau Rokok Mengepung Sekolah
  2. : Tri Joko Her Riadi – Harian Pikiran Rakyat
  3. Hantu Sodomi Anak-anak Panti
  4. : Wenny C. Prihandina – Harian Batam Pos
  5. Kisah Perjuangan Seorang Anak Terhadap Ketidakadilan
  6. : Nanda Narendra Putra – www.hukumonline.com
  7. Petaka Karaha di Cinangka
  8. : Amri Mahbub – Majalah Tempo
  9. A Portrait of Siberut Children’s Education
  10. : Syafrizaldi – Harian The Jakarta Post
  11. Anak Diseleksia Hanya Kehilangan Huruf, Bukan Kehidupan
  12. : Eka Handriana – www.rappler.com (Indonesia)
  13. Jangan Lagi Minder Saat Punya Anak Tunanetra
  14. : Adi Marsiela – Harian Suara Pembaruan
  15. Menyulap Facebook Menjadi Beasiswa
  16. : Zulfikar Husein– www.viva.co.id
  17. Bayu Bocah Penderita Leukimia, Jalan Kaki Jual Empek-Empek demi Biaya Berobat dan Bantu Ibu
  18. : Alza Munzi Hipni– Bangka Pos
    1. untuk Bersekolah

(2) Meniti Mimpi Anak Buruh Migran untuk Bersekolah

  • : Yohanes Kurnia Irawan – www.kompas.com

 

Pemenang Terbaik:

Ranjau Rokok Mengepung Sekolah

  • : Tri Joko Her Riadi – Harian Pikiran Rakyat

 

 

Kategori Radio

NOMINASI:

  1. Anak Intersex Dijegal Urusan Akta Kelahiran

Karya: Marhasak Reinardo Sinaga – LPP RRI Pontianak

  1. Warisan Eyang
  2. : Marlene Karamoy – Radio Sindotrijaya FM
  3. Mencarikan Rumah untuk ADHA

Karya: Yudha Satriawan- Kantor Berita Radio (KBR)

  1. Apa Guna Vulgar di Media Sosial

Karya: Nurul Mahfud – LPP RRI Batam

  1. Safira dan Guru Matematika-Cermin Retak Perlindungan Anak

Karya: Retno Manuhoro Setyowati- Radio Elshinta

  1. Anak Jalanan Kembali ke Jalan Tuhan

Karya: Farah Nabila Noersativa– Radio Elshinta

  1. Efektifkah Larangan Penggunaan HP bagi Pelajar untuk Mencegah Penyebaran Pornografi?

Karya: Iwan Bahagia SP– LPP RRI Takengon

  1. Daffa, Banteng Kecil Penjaga Trotoar di Kalibanteng

Karya: Moh Henri Prasetyo– Radio Elshinta

  1. Racun Pornografi Mengancam Masa Depan Anak Negeri

Karya: Ardhi Rosyadi– Radio Elshinta

  1. Lindungi Anak dari Kekerasan

Karya: Sekarsari Utami– Voice of Indonesia LPP RRI

 

Pemenang Terbaik:

Anak Intersex Dijegal Urusan Akte Kelahiran

Karya: Marhasak Reinardo Sinaga – LPP RRI Pontianak

 

Kategori Foto

NOMINASI:

  1. Kaki Langit

Karya: lucky Pransiska– www.kompas.com

  1. Yuli dan Muslih

Karya: Arif Hidayah – Harian Pikiran Rakyat

  1. Memanfaatkan Rumah Baca

Karya: Wawan Hadi Prabowo- Harian Kompas

  1. Kurangnya Lahan Bermain Anak di Jakarta

Karya: Muhammad Ali Wafa– www.viva.co.id

  1. Generasi yang (akan) Hilang

Karya: Rosa Panggabean- LKBN Antara Foto

  1. PENGEMBALA KAMBING

Karya: Maman Sukirman– Koran Sindo Makassar

  1. Belajar Di Luar kelas

Karya: ANIS EFIZUDIN– Antara Foto

  1. Mengajarkan Pola Hidup Sehat

Karya: Ferganata Indra Riatmoko– Harian Kompas

  1. Terlelap Tidur Di Jalanan

Karya: Masyudi Firmansyah– Majalah Makassar Terkini

  1. Pulang Sekolah

Karya: Arif Nugroho– Koran Sindo

 

Pemenang Terbaik:

Kaki Langit

Karya: lucky Pransiska– www.kompas.com

 

Kategori Televisi

NOMINASI:

  1. Tenggelamnya Sekolah Kami

Karya: Febry Arifmawan, Rizki Abadi, Farhana Khalid, Franciska Anis, Halimah Tusadiah– Net TV

  1. Menantang Asa di Batas Borneo

Karya: Herwanto– Kompas TV

  1. Terdampar di Pulau Lombok

Karya: Monieca Noeva - Trans7

  1. Elegi dari Negeri Oepoli

Karya: Arien Prihayuti Purmarai– Kompas TV

  1. Sekolah Anak Pengungsi

Karya: Jenni Fransiska Simanjuntak, Debi Dwi Anisa, Nurhadi Pratama- DAAI TV

  1. Garda Terdepan Fasilitas Terbelakang

Karya: Dicky Kurniawan– Kompas TV

  1. NTT Darurat Human Trafficking eps 1

Karya: Johan Pahlevi– Metro TV

  1. ironi Potret Pendidikan di Pelosok Pandeglang

Karya: Monieca Noeva– Trans7

  1. Ali Akbar, Bekerja Menganyam Ketupat

Karya: Vebyanti Aryani– RCTI

  1. Pantang Menyerah Haidar

Karya: Kurnia Supriyatna– SCTV

 

Pemenang Terbaik:

Tenggelamnya Sekolah Kami

Karya: Febry Arifmawan, Rizki Abadi, Farhana Khalid, Franciska Anis, Halimah Tusadiah– Net TV

 

Independen I YHM

  

 

 

 

kali dilihat